Rabu, 22 Desember 2010

Kuatnya Merah Putih,Masuk Final, Perjuangan Belum Usai



Syukur Alhamdulillah, Timnas Indonesia sukses melangkah ke babak Final Piala AFF Suzuki 2010 setelah mengalahkan tim penuh kejutan Filipina di Semifinal dengan agregat 2-0. Keberhasilan ini langsung membuat jutaan penggila bola di tanah air yakin kalau Timnas Indonesia bakal menjadi juara Piala AFF untuk pertama kalinya.
Sejarah mencatat Indonesia sudah empat kali masuk Final Piala AFF (dulu Piala Tiger-red) di tahun 2000, 2002, 2004 dan kini 2010. Dari tiga babak Final yang sudah dilakoni, Indonesia belum sekalipun menjadi juara di kejuaraan sepak bola paling bergengsi di Asia Tenggara ini.
Di tahun 2010 ini saatnya merah putih menjadi juara sekaligus mencetak sejarah.
Momentumnya sangat tepat. Bermain di Stadion Gelora Bung Karno yang selalu didukung oleh puluhan ribu suporter fanatik, tim berisikan kombinasi pemain muda, berpengalaman dan naturalisasi serta dilatih oleh pelatih cerdas yang memegang teguh kedisiplinan.
Dari segi permainan harus diakui Timnas Indonesia racikan Alfred Riedl tampil sangat menghibur dan terbuka. Permainan menyerang yang diperagakan Firman Utina cs membuat Indonesia menjadi satu-satunya tim di Piala AFF Suzuki 2010 yang sangat subur hingga babak Semifinal, membobol gawang lawan 15 kali dan baru kemasukan dua gol.
Timnas Indonesia juga tidak lagi memiliki ketergantungan kepada satu atau dua pemain untuk menentukan jalannya permainan hingga hasil akhir pertandingan. Lihat saja nama-nama seperti M. Ridwan (2 gol), Arief Suyono (2) dan Oktovianus Maniani (1), sudah mencatatkan nama mereka di papan skor. Lalu ada Bambang Pamungkas (2), Firman Utina (2), Irfan Bachdim (2) hingga topskor sementara Piala AFF Suzuki 2010, Christian Gonzalez yang sudah mengoleksi tiga gol.
Jangan lupakan nama gelandang serang Eka Ramdani yang juga piawai mengatur serangan dan mengawal lini tengah Indonesia. Umpannya ke kotak penalti Thailand di babak penyisihan Grup A membuat pemain bertahan tim Gajah Putih tersebut harus menjatuhkan Gonzalez. Hasilnya, wasit menunjuk titik putih dan Indonesia menyamakan kedudukan 1-1 lewat sepakan Bambang Pamungkas.
Dari sisi pertahanan, meski tidak luar biasa, kuartet Maman Abdurahman, Hamka Hamzah, M. Nasuha dan Zulkifli Syukur patut dihargai karena selalu kompak mengawal daerah pertahanan Indonesia.
Dua bek sayap Timnas Indonesia, M. Nasuha (nomor 2) dan Zulkifli Syukur (3) memiliki mobilitas dan stamina yang sangat baik. Keduanya sering naik membantu serangan lalu turun kembali menjaga pertahanan ketika Indonesia kehilangan bola. Kepala M. Nasuha bahkan harus diperban karena berbenturan dengan pemain Filipina di Semifinal pertama.
Nasuha boleh dibilang menjadi bek kiri paling agresif di ajang ini. Kerjasama dan kombinasinya bersama Okto membuat sisi kanan pertahanan tim lawan dibuat kocar kacir.
Taktik dan strategi yang diterapkan Riedl di setiap pertandingannya juga jitu. Ia selalu jeli melihat jalannya pertandingan untuk menerapkan taktik dan strategi apa yang akan diterapkan.
Pria 61 tahun itu bukan tipe pelatih yang bisa duduk anteng di bangku cadangan. Ia sering membentak, mengomeli, memberikan semangat dan perintah dari pinggir lapangan kepada para pemainnya. Riedl adalah contoh pelatih asing yang tegas dan profesional.
Namun semua kerja keras dan pencapaian yang sudah dilakukan oleh Timnas Indonesia selama babak penyisihan Grup A hingga dua kali Semifinal bisa buyar jika kita tak mampu menjaga kedisiplinan dan mental.
Disiplin berlatih, menjaga pola makan dan istirahat serta mengikuti aturan dari pelatih, wajib dilakukan oleh pemain.
Lalu mempelajari gaya bermain calon lawan harus terus dilakukan. Memata-matai kekuatan dan kelemahan calon lawan digunakan untuk menerapkan taktik dan strategi saat pertandingan nanti.
Para pemain juga harus bisa mengontrol emosinya. Sikap percaya diri yang terlalu berlebihan juga tak baik untuk persiapan tim. Konsentrasi penuh serta menjaga keharmonisan antar pemain menjadi poin penting dalam menghadapi partai Final Piala AFF Suzuki 2010 pada 26 dan 29 Desember mendatang.
Pengurus PSSI, suporter dan semua pihak juga harus ikut membantu terciptanya suasana kondusif untuk Timnas Indonesia. Jangan lah para pemain dan pelatih dijadikan alat untuk mendongkrak popularitas dan citra politisi dan penguasa.
Para pemain sudah berjibaku di lapangan, mandi keringat hingga dihajar kakinya oleh pemain lawan, sudah sepatutnya kita semua mendoakan dan memberi dukungan yang penuh untuk mereka. Toh mereka semua membawa nama bangsa dan negara ini agar harum di kancah internasional
Indonesia juga tak boleh meremehkan Malaysia meski kita pernah menghajar tim negeri jiran tersebut dengan skor 5-1 di babak penyisihan Grup A. Tim asuhan K. Rajagopal itu tentu sudah belajar banyak. Buktinya Vietnam mereka singkirkan dan melaju ke final.
Semoga Timnas Indonesia bisa mengobati dahaga panjang pecinta bola dan rakyat akan datangnya prestasi. Ini bukan sebuah beban, tapi kebanggaan dan harga diri.

Tidak ada komentar: