Sabtu, 11 Desember 2010

YOGYA tetap istimewa..


rumah teletubbies di Jogja
Tentu Anda masih ingat empat karakter lucu, berwarna ungu, hijau, kuning, dan merah yang sempat menjadi tontonan anak amat laris ketika itu. Empat karakter lucu yang diproduksi oleh BBC London itu hidup dalam sebuah rumah berbentuk dome yang hampir mirip dengan rumah orang Eskimo. Rumah-rumah setengah bulat yang mirip rumah para Teletubbies itu juga ada di Jogja. Tepatnya di Ngelepen, Sumberharjo, Prambanan, Sleman.

Sesudah bencana gempa tahun 2006 serta terancam longsor bukit Sengir, warga Ngelepen akhirnya menghuni rumah domes bantuan dari LSM Wango yang diresmikan  menteri Perumahan Rakyak Yusuf Ashari pada 30 April tahun 2007 yang lalu. Perumahan berjumlah 80 buah yang berbentuk kubah dan berwarna putih itu berjejer rapi di kawasan seluas 2,5 hektar. Kini, warga Ngelepen menyebut tempat baru mereka sebagai New Ngelepen.

New Ngelepen terdiri dari 71 rumah untuk pemukiman, enam bangunan untuk mandi cuci kakus (MCK) serta tiga bangunan untuk fasilitas umum berupa Masjid, sekolah dan poliklinik desa. Secara resmi bangunan ini bernama rumah domes yang bisa ditempati oleh warga Ngelepen selama 3 tahun secara gratis.

Kini, New Ngelepen tidak hanya menjadi sekedar rumah bantuan sekaligus percontohan bagi rumah tahan gempa. New Ngelepen saat ini telah menjadi salah satu atraksi wisata amat menarik karena bentuk rumahnya yang unik serta tidak biasa.

foto by kn


Photo AlbumCandi SambisariJun 17, '08 5:19 AM
for everyone
ddd
dThumbnaild
ddd
Memasuki Desa Sambisari, Kalasan, Sleman, 12 km dari pusat kota Yogyakarta, tak ada bangunan candi menjulang tinggi nan megah yang dapat kita tunjuk dari kejauhan. Namun memang di desa inilah terdapat situs peninggalan Hindu dari abad ke-10 yang berbeda dari candi-candi di tanah Jawa pada umumnya.

Menurut Prasasti Wanua Tengah III, Candi Sambisari dibangun oleh Rakai Garung, seorang raja dinasti Sanjaya dari Kerajaan Mataram Kuno. Sempat terkubur oleh material letusan Gunung Merapi pada 1906, seorang petani setempat bernama Karyowinangun menemukan kembali candi ini pada Juni 1966.

Kompleks ini memiliki sebuah candi utama dan tiga candi perwara atau pendamping. Di dalam candi utama terdapat lingga yoni sebagai lambang pemujaan Dewa Siwa. Pada candi tersebut juga ditemui arca Dewi Durga, Ganesha, dan Agastya, serta hewan-hewan dalam mitologi Hindu.

Berbeda dari kebanyakan candi di Jawa, candi utama Sambisari tidak mempunyai alas sehingga bangunannya sejajar dengan tanah. Nilai arsitekturnya pun konon tergolong tinggi. Selain itu, candi ini seolah terkubur dalam tanah karena letaknya yag lebih rendah dari kawasan sekitarnya. Dari gerbang masuk ke kompleks wisata ini pun hanya dapat disaksikan puncak candi. Ketika mendekat, baru dapat dilihat bangunan situs ini secara lengkap.

Blog EntrymerapiJun 3, '08 5:52 AM
for everyone
Bicara tentang Jogja tak bisa melepaskan diri dari tema tentang Merapi. Sebuah gunung yang disebut-disebut sebagai gunung berapi paling aktif di seluruh dunia.
Gunung yang memiliki ketinggian 2968 m.dml atau 3079 meter di atas kota Jogja itu telah "menaungi" dan menjadi penunjuk arah masyarakat Jogja dan sekitarnya. Jika ingin ke utara, kita tinggal melihat ke arah gunung yang berada pada sumbu imajiner yang menghubungkan Merapi, Tugu, Kraton, Panggung Krapyak dan Parang Tritis itu.

Bagi sebagian masyarakat Jogja maupun Jawa pada umumnya, Gunung yang berada di wilayah Sleman, Magelang, Boyolali dan Klaten ini memiliki nilai spiritual di dalamnya. Setiap tahun pada bulan Rejeb, selalu diadakan upacara persembahan kepada Gunung Merapi agar gunung ini tidak "marah". Selain itu juga terdapat juru kunci untuk menjaga Merapi. Kini juru kunci itu dijabat oleh Mbah Maridjan yang bernama asli Mas Penewu Suraksohargo. Kepercayaan sebagai juru kunci Merapi itu, Mbah Maridjan dapatkan dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX sejak tahun 1982, setelah sebelumnya menjabat sebagai wakil juru kunci pada 1970. Setiap gunung Merapi akan meletus, seluruh warga setempat selalu menunggu petunjuk Mbah Maridjan, jika diharuskan untuk mengungsi.

Gunung yang pada tahun 2006 sempat meletus kembali itu telah menjadi salah satu ikon pariwisata kota Jogja. Berbagai kawasan wisata seputar Merapi hingga kini juga terus dikembangkan, seperti Kawasan Wisata Kaliurang, Kaliadem, Kalikuning, Merapi Golf, Hutan Wisata Turgo-Plawangan juga obyek pendakian gunung yang cukup popular.

Jika Merapi sedang "tenang", mendaki Merapi adalah pilihan wisata yang cukup menyenangkan. Sejumlah jalur pendakian yang paling umum adalah melalui Selo dari sebelah utara, Babadan melalui barat serta Kaliadem dari sisi selatan. Tetapi jika Merapi sedang bergolak, cukup dengan melihat guguran lavanya dari kota Jogja pada malam haripun sudah menjadi pemandangan amat menakjubkan.

foto by karol

Blog Entrymomen berkesenian tahunan di JogjaMay 30, '08 1:22 AM
for everyone
Jogja dengan predikatnya sebagai kota seni dan budaya, punya sebuah momen tahunan untuk merayakan kebersenian yang hidup di tengah masyarakatnya. Momen yang disebut sebagai Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) itu telah diselenggarakan sejak tahun 1989. Kini untuk pelaksanaanya yang ke 20, FKY akan dibuka pada tanggal 7 Juni 2008 dan berakhir pada 7 Agustus 2008.

Pada awalnya, FKY muncul dari sebuah wujud kepedulian para tokoh serta budayawan untuk menggunakan FKY sebagai salah satu model pembinaan kesenian di Yogyakarta. Kepedulian itu kemudian diejawantahkan dalam Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta untuk melaksanakan FKY pertama yang ketika itu masih bernama Pekan Kesenian Yogyakarta pada tahun 1989.

Ketika itu, FKY masih didanai secara mandiri oleh Pemda Propinsi DIY dan diselenggarakan di Kabupaten selama tiga hari. Sedangkan untuk tingkat Propinsi dilaksanakan selama 5 hari. Dari embrio yang telah berwujud FKY pertama itu, hingga kini FKY telah berkembang secara dinamis sesuai dengan karakter kota Jogja yang terpengaruh oleh jaman.

Berbagai bentuk kesenian baik modern, tradisional maupun kontemporer itu setiap tahunnya dibenang merahi dalam tema yang berbeda-beda. Tahun ini FKY memakai tema "The Past is New: Masa Lalu Selalu Baru". Beberapa acara dalam ferstival kesenian itu akan berpusat di Taman Budaya Yogyakarta dan Benteng Vrederburg. Diantaranya upacara pembukaan, Pasar Raya FKY, Jogja Art Fair dan pentas teater. Sedangkan program "Babad Kampung" akan dilaksanakan di sembilan kampung, yaitu Pajeksan, Pandeyan, Suryawijayan, Minggiran, Mergansan Kidul, Kricak Kidul, Samirono, Dolahan-Kotagede dan Tukangan.

Dengan keterlibatan masyarakat Jogja sendiri yang terafiliasi dalam kampung-kampung itu, diharapkan apresiasi kebersenian dapat terus hidup dan dihidupi oleh masyrakat Jogja juga seluruh pecinta dan pengapresiasi seni.
 

Blog Entry"nyoto" di KadipiroMay 28, '08 2:49 AM
for everyone
"Nyoto" atau tradisi makan soto sudah menjadi pemandangan jamak yang dapat dengan mudah ditemui di sudut-sudut jalan kota Jogja. Di Jogja, soto tersedia di warung-warung kecil pinggir jalan yang hanya menggunakan gerobak serta kursi plastik seadanya, sampai restoran luas berpenyejuk ruangan. Jam bukanya pun relatif pagi, banyak yang sudah buka dari pukul 07.00 pagi, karena soto amat menyegarkan menjadi menu pilihan sarapan pagi.

Soto memang telah menjadi salah satu menu favorit bagi kebanyakan orang Jogja. Bahkan Indonesia pada umumnya, karena hampir seluruh daerah di Nusantara  memiliki soto sebagai santapan kulinernya, seperti misalnya Soto Bandung, Soto Betawi, Soto Makasar ataupun Soto Lamongan. Semua dengan ciri khasnya masing-masing.

Salah satu menu soto yang amat terkenal dan menjadi andalan di kota Jogja adalah Soto Kadipiro. Soto khas Jogja yang telah berdiri sejak jaman Belanda ini didirikan oleh Widadi Tahir Kartowidjoyo. Warung soto yang terletak di Jalan Wates, Yogyakarta ini, kini telah memiliki tiga cabang, yang masing-masing berada di seberang jalan Soto Kadipiro yang asli. Ketiga warung soto yang bernama Soto Kadipiro II, Soto Kadipiro Baru dan Soto Kadipiro Plus itu dikelola oleh anak-anak Kartowidjoyo sendiri.
 
Tidak banyak berbeda dengan menu soto jenis lainnya, Soto Kadipiro juga menyajikan sajian panganan khas soto yaitu kuah kaldu dicampur dengan berbagai lauk yang lezat. Soto Kadipiro memiliki kuah bening dengan rasa yang amat gurih. Paduan bahan-bahan yang digunakan juga cukup sederhana seperti kol, ayam, tauge, bawang goreng dan seledri. Untuk memakannya bisa dengan memakai nasi, suwiran ayam goreng, perkedel, tahu, tempe bacem, sate berbagai jenis rempeyek ataupun kerupuk. Cukup menyegarkan menikmati soto ini apalagi sambil ditemani segelas minuman dingin. Hmmm, kiranya patut dicoba sajian kuliner khas Jogja yang cukup legendaris dan laris manis ini. 

Blog EntryMasjid GedheMay 26, '08 3:23 AM
for everyone
Masjid Gedhe adalah salah satu bagian dari sejarah Kraton Yogyakarta yang berdiri pada tahun 1773. Sebagai Masjid tertua yang dibangun oleh Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Masjid ini sejak awal tidak hanya difungsikan sebagai tempat ibadah. Tetapi juga sebagai tempat untuk melangsungkan berbagai ritual untuk merayakan hari-hari besar Islam, seperti Maulud Nabi, 1 Syawal dan Idul Adha yang ditandai dengan Garebeg (baca: grebeg).

Garebeg merupakan upacara kerajaan-kerajaan di Jawa yang telah diadakan sejak berabad-abad. Keberadaan Masjid Gedhe sebagai tempat Garebeg tak lepas dari peran Sunan Kalijaga dalam menyiarkan ajaran Islam di Jawa. Hingga kini, puncak kemeriahan upacara Garebeg berlangsung saat gunungan yang dibawa dari dalam Kraton melintasi alun-alun utara dan berakhir dengan serbuan ribuan warga di pelataran Masjid Gedhe. 


Masjid raya satu-satunya di Indonesia yang berdiri sebelum abad ke-20 ini terletak di Kampung Kauman, Kecamatan Gondomanan. Atau persisnya berada di sebelah barat Alun-alun Utara. Jika kita kebetulan sedang berjalan di seputaran alun-alun utara, Masjid ini akan tampak mencolok dengan atapnya yang tumpang tiga serta regol nya atau gapura nya yang berbentuk Semar Tinandu.

Masjid Gedhe merupakan sebuah kompleks bangunan yang memiliki berbagai bagian fungsional. Selain satu Masjid induk, Masjid Gedhe juga memiliki pawestren atau tempat khusus bagi jamaah putri, yakihun atau ruang peristirahatan para ulama dan khotib, kolam serta serambi Masjid. Kini, bagian lain dari Kompleks Masjid Gedhe digunakan sebagai KUA (Kantor Urusan Agama), kantor Takmir, serta Pagongan untuk menyimpan gamelan Sekaten.

Dengan kemegahan arsitekturnya, Masjid yang bukan sembarang Masjid ini, tampaknya dapat menjadi referensi untuk melihat secara langsung jejak-jejak perkembangan Islam di Jawa, khususnya Yogyakarta. Lewat berbagai upacara yang rutin digelar, kita dapat melihat percampuran budaya yang amat manis antara Islam dan tradisi Kraton Yogyakarta.


Blog Entrymenghabiskan "sunday morning" di ugmMay 22, '08 3:16 AM
for everyone
Minggu pagi adalah saat santai bersama keluarga, kawan, kerabat ataupun seorang diri saja. Bisa bersantai di rumah ataupun ruang publik di sekitar lingkungan rumah. Jogja punya sebuah ruang bernama "Sunday Morning", tepatnya di kawasan UGM. Ruang ini semenjak tahun 1994 telah menjadi tempat bagi banyak masyarakat Jogja dan sekitarnya menghabiskan minggu pagi (sunday morning) nya.

Di seputaran boulevard UGM, depan diploma FIB UGM hingga kawasan lembah itulah, banyak masyarakat Jogja menghabiskan minggu paginya . Ada yang berolah raga, ada yang berjalan-jalan saja, ada juga yang sekedar cuci mata. Momen keramaian itulah yang dimanfaatkan oleh banyak orang untuk melakukan transaksi ekonomi.

Pasar kaget UGM yang eksis sejak tahun 1994 itu pada generasi awalnya adalah para pedagang makanan yang menjajakan dagangannya kepada masyarakat yang berolahraga di sekitar boulevard UGM. Kemudian tahun-tahun berikutnya semakin meluas, karena jumlah pedagang yang makin bertambah dan beraneka macam.

Beraneka pernak-pernik kebutuhan rumah tangga, pernak-pernik mode, pakaian, alat-alat elektronik, tanaman hias, dan berbagai jenis makanan digelar dengan meriah di sepanjang kawasan pasar kaget itu. Berbagai hiburan "live" pun dapat dinikmati saat SunMor (Sunday Morning) itu, mulai dari "sastro ngamen" hingga sejumlah pengamen dadakan ala mahasiswa yang berniat mengumpulkan dana ala kadarnya. Bahkan kalau beruntung, kita akan mendapat hiburan topeng monyet yang lincah beraksi.

Semua tumpah ruah jadi satu dalam satu hari di Minggu pagi hingga tidak lebih dari pukul 11.00 WIB. Di atas pukul 11.00 WIB, kawasan boulevard UGM, kembali lengang, menunggu untuk di"ria"kan kembali di Minggu pagi selanjutnya.

Walaupun pada bulan Februari yang lalu, pihak rektorat UGM telah mengeluarkan surat perintah penghentian segala aktifitas perdagangan di kawasan sekitar Bundaran UGM hingga belakang Masjid Kampus mulai tanggal 1 April 2008, hingga kini SunMor masih tetap bergeliat. Karena bagi sejumlah masyarakat Jogja, menghabiskan Sunday Morning di UGM adalah rekreasi alternatif yang murah meriah dan menyenangkan.
 
foto by KN

Blog Entrypasar kotagedeMay 19, '08 1:09 AM
for everyone
Selalu ada pemandangan menarik dan menyenangkan untuk dilihat dalam sebuah pasar. Sebuah tempat dimana aktifitas berbagai manusia begitu hidup. Ada yang bernegosiasi harga, menggelar berbagai barang dagangan yang unik juga dibutuhkan, ada yang bertemu kembali dengan sahabat lama, atau ada juga yang hanya singgah untuk melihat-lihat saja. Berbagai aktifitas itu selalu terlihat dalam sebuah pasar di belahan kota Jogja bernama pasar Kotagede.

Pasar Kotagede telah berdiri sejak abad 16. Pasar ini juga kerap disebut Pasar Legi, karena puncak keramaiannya selalu terjadi pada hari-hari pasaran Legi (Legi adalah nama salah satu
hari dalam kalender Jawa). Pada hari pasaran Legi itu, pasar akan penuh sesak baik oleh penjual dan pembeli, bahkan area pasar bisa semakin melebar jauh melebihi area pasar sebenarnya. Berbagai jenis barang dagangan, mulai dari sayur-sauran, alat-alat pertanian, berbagi hewan unggas hidup seperti burung yang pandai berkicau, pakan ternak, bibit tanaman, pernak-pernik aksesoris kebutuhan rumah tangga, batu akik, berbagai ramuan obat tradisional hingga mebel dapat ditemui di pasar ini.

Pasar yang berada di desa Tegalgendu, tepat berada di seberang sungai Gajah Wong ini memang berada di sebuah kawasan kota tua di Yogyakarta. Jika berjalan-jalan di sekitaran pasar serta kawasan Kotagede, kita akan menemukan sebuah wajah lama Jogja yang begitu klasik serta sarat nilai historis di dalamnya.


Selain pesona wajah lama Jogja, pasar Kotagede juga berada di sebuah daerah yang terkenal akan kerajinan peraknya. Pusat kerajinan ini berada di sepanjang jalan Kemasan hingga pertigaan ex-Bioskop Istana. Tidak jauh dari pasar juga terdapat sebuah Kompleks Mesjid Agung Kotagede yang dikelilingi oleh pagar batu berelief, pelataran luas, serta sebuah bedug besar yang umurnya sudah sangat tua.
 
 

Blog Entrydesa wisata kasonganMay 2, '08 4:05 AM
for everyone
Jogja amat terkenal dengan hasil kerajinan juga cenderamata khasnya. Berbagai barang kerajinan yang bernilai seni juga ekonomi dapat ditemukan di kota yang seringkali mendapat sebutan kota budaya itu. Salah satu pusat kerajinan di kota Jogja yang khusus mengelola keramik ada di pedukuhan Kajen, desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Bantul atau terkenal dengan sebutan Desa Wisata Kasongan.
Pada mulanya, Kasongan bukan sebuah desa yang berisi para pengrajin keramik. Konon, Kasongan berbentuk area persawahan milik para penduduk di desa yang berada di Selatan Yogyakarta. Pada masa penjajahan Belanda, di area persawahan itu ditemukan seekor kuda mati yang diperkirakan milik seorang Reserse Belanda. Karena ketakukan, seorang warga yang memiliki salah satu area persawahan itu melepaskan hak milik atas tanahnya. Ketakutan itu juga menimpa warga lain, sehingga sejumlah warga turut melepaskan hak atas tanah persawahan mereka.

Akhirnya secara tidak sengaja, para penduduk yang tidak memiliki area persawahan lagi beralih profesi menjadi seorang pengrajin keramik. Awalnya mereka hanya mengempal-ngempalkan tanah yang tidak pecah bila disatukan dan menjadikannya sebagai mainan anak-anak ataupun perabot dapur saja. Namun karena kegiatan itu dianggap dapat menghasilkan sebuah karya seni juga nilai jual yang cukup tinggi, maka akhirnya para penduduk di Kasongan mulai mengembangkan keahlian itu dan menjadikan desa mereka sebagai salah satu desa wisata yang cukup terkenal. Mulai tahun 1971 hingga 1972 desa wisata itu mulai mengalami kemajuan yang cukup pesat. Kemudian pada tahun 1980-an keramik Kasongan mulai dikomersilkan dalam skala besar oleh Sahid Keramik.

Berbagai produk keramik produk Kasongan sudah tersebar sampai ke luar negeri. Kebanyakan para pengrajinnya mengekspor berbagai hasil kerajinannya ke mancanegara, selain untuk kebutuhan dalam dalam negeri. Hingga kini, setelah hampir luluh lantak akibat gempa Jogja pada Mei 2006 lalu, Desa Wisata Kasongan sudah mulai berbenah diri. Berbagai etalase yang hancur, telah ditata rapi dan diberi sentuhan artistik. Berbagai etalase itu juga telah dipenuhi hasil kerajinan keramik dengan sejumlah sentuhan modern disana-sini, walaupun di beberapa sudut masih dapat dilihat sisa-sisa akibat gempa berkekuatan 5,9 skala Richter itu.




foto by karolusnaga

Blog Entrygembira lokaApr 25, '08 5:40 AM
for everyone
Mungkin banyak dari kita yang memiliki penggalan ingatan masa kecil, soal pergi berwisata di akhir minggu bersama ayah, ibu juga saudara ke kebun binatang. Sebuah tempat yang penuh dengan makhluk-makhluk luar biasa ciptaan Tuhan, dimana mereka hidup dan menghabiskan waktunya dalam kandang-kandang buatan manusia. Jogja tentu saja, memiliki tempat itu. Sebuah kebun binatang bernama Gembira Loka yang letaknya berada di timur kota.

Mengelilingi kebun binatang ini, bagaikan mengembalikan ingatan masa kecil. Banyak keluarga dari Jogja dan sekitarnya menghabiskan hari Minggunya di tempat wisata yang murah meriah ini. Sama seperti ketika saya masih balita dulu, ayah ibu sering mengajak berpetualang sehari ke kebun binatang, dimana makhluk-makhluk penghuninya menjadi atraksi utama.

Gembira loka dihuni oleh kurang lebih 190 jenis binatang, 200 koleksi tanaman serta memiliki 20 unit aquarium air tawar dan laut. Dengan berbagai fasilitasnya itu, taman wisata ini kerap dijadikan ajang pendidikan bagi banyak keluarga. Selain itu, Gembira Loka juga dilengkapi berbagai fasilitas wisata keluarga, seperti perahu angsa di danau buatan ataupun tempat bermain bagi anak-anak. Pada momen-momen tertentu, tempat wisata ini juga menyelenggarakan berbagai atraksi pertunjukan seperti pergelaran musik ataupun atraksi hiburan lainnya.

Merupakan sebuah pengalaman mengasyikan mengendarai punggung gajah ataupun unta sambil melihat tingkah polah bocah-bocah yang bermain bersama keluarganya. Juga adalah hiburan yang tidak pernah membosankan memperhatikan gerak gerik hewan-hewan di dalam kandang-kandang mereka. Lumayan juga, petualangan sehari seharga Rp 8000 sekali masuk. 


Blog Entryngopi di BlandonganApr 24, '08 1:25 AM
for everyone
"Cegah anak-anak Indonesia dari Kekurangan Kopi", ini adalah deretan kata-kata yang sungguh menarik untuk saya baca berkali-kali. Sambil menyeruput kopi hitam rasa pahit dan sedikit manis, saya sempat tersenyum-senyum sendiri membaca slogan itu.

Slogan yang dimunculkan oleh sebuah warung kopi bernama Blandongan yang terletak di Jalan Sorowajan Baru No.11 (Gowok) Banguntapan Bantul, Yogyakarta itu, tampaknya ingin "menginfeksi" para kawula muda Jogja dengan kopi khas ala Blandongannya. Dengan suasana santainya, warung kopi ini berhasil membangun atmosfir ngopi ataupun  "ngangkring" khas Jogja yang penuh dengan canda, obrolan ngalor ngidul wetan serta berbagai camilan murah meriah.

Hampir tiap malam, warung kopi ini ramai dipenuhi oleh kawula muda Jogja. Sebagian besar adalah mahasiswa juga mahasiswi yang datang bergerombol atau bersama orang terkasih. Semua tampak larut dalam keriuhan percakapan dan suasana remang-remang serta racikan kopi istimewa yang diolah langsung dari biji kopi pilihan ala Blandongan dalam cangkir kecil bertatak piring.

Melegakan sekali rasanya, melepas lelah juga kesuntukan rutinitas siang di warung yang terinspirasi dari nama sebuah wilayah dekat Pasuruan Jawa Timur dimana banyak terdapat warung kopi pinggir jalan itu. Apalagi harga yang ditawarkan cukup terjangkau antara Rp 1700 hingga Rp 5000 untuk berbagai menu makanan juga minuman mereka. Dengan harga yang cukup terjangkau itu, para pengunjung sudah bisa menikmati berbagai menu minuman racikan kopi. Selain racikan kopi original mereka dalam cangkir kecil bertatak piring, juga disediakan berbagai racikan kopi dengan nama cukup provokatif seperti KOTANG untuk menyebut Kopi Tanggung, atau KOTANGSU untuk menyebut Kopi Tanggung campur Susu. Bagi yang tidak menggemari kopi, tetapi tetap ingin "ngangkring" bersama kawan,  warung ini juga cukup akomodatif dengan menyediakan berbagai minuman di luar kopi, seperti es teh ataupun teh hangat.

Blog Entrysukunan bersemi, kampung ramah lingkunganApr 22, '08 12:46 AM
for everyone
Kampung yang ramah lingkungan, kiranya amat pas untuk menyebut Sukunan Bersemi, sebuah dusun yang terletak di Gamping, Sleman Yogyakarta. Dusun ini  secara nyata mempraktekan pengelolaan sampah berbasis komunitas. Sebuah pengelolaan yang berangkat dari proses daur ulang sampah untuk menjadikan "barang-barang yang telah dibuang itu" memiliki nilai ekonomi.

foto by, tuluswichaksono


Sebelum tahun 2000, Sukunan tidak sehijau dan seasri seperti saat ini. Ketika itu, para penduduk belum melakukan pemisahan sampah sesuai dengan jenisnya. Ketika Iswanto- seorang dosen pada Poltekkes Yogyakarta-hadir, mulailah ide pengelolaan sampah berbasis komunitas berjalan. Mulai saat itu sampah dipisahkan dalam tiga tong, yaitu plastik, kertas dan logam kaca. Dari situ, Iswanto yang dibantu oleh istrinya Endah, mulai memberikan nilai ekonomi pada sampah-sampah itu dengan menyulapnya menjadi barang-barang yang dapat dijual kembali. Selain menyulapnya menjadi barang-barang kerajinan, sampah-sampah itu juga dikelola menjadi kompos yang berguna untuk menyuburkan tanah serta tidak berbahaya bagi lingkungan.


Dengan bantuan dana dari sebuah donor, setiap rumah tangga di Sukunan Bersemi hingga kini telah memiliki tong-tong untuk memisahkan sampah juga pengelolaan kompos secara mandiri. Berbagai kelas, seminar, dan pelatihan tentang pengelolaan sampah juga kerap diadakan di dusun ini. Semua dilakukan secara bersama-sama oleh penduduk di dusun yang berjumlah kurang lebih 800 jiwa itu.
foto by, tuluswichaksono
Semangat yang dapat menjadi contoh bagi dusun-dusun lain di Indonesia itu telah membawa Sukunan Bersemi mendapatkan penghargaan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Pemberdayaan Perempuan pada Oktober 2004.


Blog Entryrumah seni cemetiApr 18, '08 5:41 AM
for everyone
Rumah seni cemeti adalah salah satu ruang bagi para seniman Indonesia maupun mancanegara untuk mengekspresikan karya-karyanya dalam berbagai medium. Sejak tahun 1988, rumah seni yang berada di Jl. D.I. Panjaitan No.41 Yogyakarta itu telah secara aktif memamerkan dan mengkomunikasikan berbagai karya dari para seniman kontemporer.

(foto colection by cemeti art house)


Berbagai proyek seni juga program residensi bagi seniman Indonesia dan mancanegara telah diselenggarakan rumah seni ini. Berbagai proyek seni dan program residensi itu bertujuan memberi wadah bagi para seniman yang notabene berbeda kultur untuk dapat saling berbagi pengetahuan, pengalaman juga bereksperimen dalam berbagai ekspresi seninya.

Selain berbagai pameran, rumah seni yang digagas oleh Nindityo Adipurnomo serta Mella Jaarsma itu seringkali menampilkan berbagai "performance art", sejumlah "art happening", diskusi serta perbincangan antar seniman dengan masyarakat umum lainnya. Selain di Jogja, rumah seni ini juga menyelenggarakan berbagai proyek pameran di tempat lain di Indonesia maupun luar negeri yang bekerjasama dengan lembaga seni maupun lembaga budaya lainnya.

Bangunan rumah seni yang didesain oleh arsitek Eko Agus Prawoto itu berusaha mencerminkan berbagai pandangan serba paradoks yang hidup di masyarakat kita seperti tradisional-modern, seni-bukan seni, individual-kolektif ataupun konvensional-inovatif.

Blog Entrykampung prawirotamanApr 16, '08 12:08 AM
for everyone
Selain Sosrowijayan, Jogja juga punya Prawirotaman. Sebuah kampung yang menjadi salah satu tujuan utama para wisatawan manca dan sejumlah wisatawan domestik yang ingin menginap juga menghabiskan hari-harinya di Jogja.

Prawirotaman telah dikenal semenjak seorang bangsawan Kraton bernama Prawirotomo menerima hadiah sepetak tanah dari Kraton Yogyakarta, pada kisaran abad ke-19. Pada masa pra kemerdekaan, Kampung Prawirotaman juga sempat menjadi tempat berkumpulnya laskar pejuang. Pada tahun 60-an kampung ini dikenal sebagai pusat industri batik cap yang dikelola oleh keturunan Prawirotomo. Kemudian pada tahun 70-an, ketika industri batik cap semakin meredup, para keturunan Prawirotomo mulai pindah haluan bisnis dengan membuka jasa penginapan. Dan semenjak saat itu Prawirotaman mulai dikenal sebagai Kampung Turis.  

Jika memasuki kawasan ini, kita akan disambut oleh jejeran penginapan dengan fasilitas memadai dengan harga yang cukup terjangkau seperti di kawasan Sosrowijayan. Kebanyakan penginapan di kampung ini masih dikelola oleh keturunan Prawirotomo yang terdiri dari tiga keluarga besar yaitu Werdoyoprawiro, Suroprawiro dan Mangunprawiro.

Deretan 'artshop' juga berbagai toko yang menjual barang antik dan sejumlah merchandise khas Jogja tersedia di kampung ini. Berbagai cafe dan rumah makan dengan suasana nyaman serta toko buku yang menawarkan berbagai buku buku impor dengan harga lebih miring turut semarak mewarnai kawasan itu.
Prawirotaman memang tampaknya telah melengkapi dirinya sehingga layak disebut sebagai salah satu kampung turis di kota Jogja.


Blog EntrysosrowijayanApr 10, '08 6:29 AM
for everyone
Sosrowijayan adalah salah satu jalan yang cukup terkenal di kota Jogja. Jalan ini dibagi menjadi dua daerah yaitu Sosrowijayan Wetan dan Sosrowijayan kulon. Sosrowijayan wetan lah yang kemudian dikenal sebagai kampung turis atau beberapa menyebutnya sebagai kampung internasional.

Jalan ini memang begitu hidup akan aktifitas para wisatawan, terutama dari mancanegara yang umumnya ber'backpacking ria' ke Jogja. Di jalan ini begitu mudah ditemui hotel maupun losmen murah meriah dengan pelayanan dan fasilitas yang cukup memadai. Selain hotel dan losmen yang banyak bertebaran di sepanjang jalan utama, berbagai losmen dengan harga cukup terjangkau juga banyak terdapat di gang-gang perkampungan Sosrowijayan.

Dua buah toko buku yang menjual berbagai buku bekas dengan harga miring juga terdapat di gang pertama Jalan Sosrowijayan. Umumnya buku-buku yang dijual adalah buku-buku berbahasa Inggris. Tetapi yang berbahasa Indonesia juga ada di toko itu. Berbagai toko, studio batik juga toko cenderamata juga banyak terdapat di gang kedua dari jalan ini. Sebuah kafe yang begitu hidup waktu malam dengan live music nya juga sering menjadi pusat pertemuan juga tempat melepas lelah sejumlah wisatawan yang berkunjung ke Sosrowijayan. 

Bagi saya, berjalan kaki di seputaran gang-gang perkampungan yang diberi nama sesuai dengan nama penguasanya dulu, Sosrowijoyo, adalah sebuah aktivitas yang cukup menghibur.  

Blog Entrystasiun tertua di kota JogjaApr 9, '08 5:51 AM
for everyone
Walaupun Lempuyangan selama ini dikenal sebagai stasiun yang hanya melayani datang dan perginya KA ekonomi, stasiun ini ternyata memiliki sejarah dan peranan yang amat penting bagi perkembangan dunia perkeretaapian di kota Jogja. 

Stasiun Lempuyangan diresmikan pada 2 Maret 1872 oleh pemerintah Hindia Belanda. Peresmian Stasiun itu menjadi awal hadirnya Kereta Api pertama di wilayah Yogyakarta. Ketika itu Stasiun Lempuyangan hanya melayani rute Yogyakarta-Semarang. Sekitar 15 tahun kemudian barulah hadir Stasiun Tugu.

Sebelum pemerintah Hindia Belanda meresmikan dan menyetujui Undang-Undang pembangunan jalan KA di pulau Jawa, sebuah perusahaan KA swasta asal Belanda bernama 'NV Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij' atau NISM telah membangun rel sepanjang 26 kilometer dengan rute Kemijen, Semarang-Tanggung, dan Grobogan. Setelah bisnisnya merugi NISM kemudian meminta pemerintah Hindia Belanda melanjutkan pembangunan rel sepanjang 166 km menuju Yogyakarta. Sehingga pada masa itu, Stasiun Lempuyangan tercatat sebagai salah satu stasiun yang menjadi bagian dari sejarah terbentuknya jaringan rel kereta api di Pulau Jawa.

Kini, Stasiun Lempuyangan dikelola oleh PT Kereta Api Daerah Operasi (Daop) VI Yogyakarta. Selain melayani datang dan perginya kereta ekonomi, seperti Progo dari Jakarta-Jogja dan sebaliknya ataupun sejumlah kereta ekonomi dari Bandung dan Surabaya, Stasiun Lempuyangan juga melayani kereta Prambanan Ekspres (Prameks) yang melayani rute Jogja-Solo.

Sangatlah tepat jika Stasiun Lempuyangan dikatakan sebagai salah satu warisan sejarah kota Jogja yang harus dilestarikan. Karena tanpanya, mungkin saja, perkembangan perkeretaapian di Pulau Jawa tidak akan sepesat seperti saat ini.


Blog Entrybelanja buku murah di shoppingApr 6, '08 11:04 PM
for everyone
Sebutan kota pelajar memang pas buat Jogja. Ratusan sekolah, kampus, tempat pendidikan informal bertebaran di sudut-sudut kota. Termasuk sejumlah 'gudang buku'. "Mudah sekali menemukan buku murah di kota ini", kata Oscar salah seorang mahasiswa asal Jambi yang telah menuntut ilmu di Jogja selama hampir kurang lebih lima tahun belakangan.

Salah satu tempat yang menurut Oscar cukup representatif untuk mendapatkan buku-buku murah itu adalah sebuah tempat yang mendapat sebutan 'shopping centre'. Letaknya tidak jauh dari Pasar Beringharjo, Benteng Vrederburg dan bersebelahan dengan Taman Budaya Yogyakarta (TBY).

Berbagai jenis buku dapat ditemui di tempat ini. Mulai dari yang baru hingga bekas. Berbagai berkas-berkas makalah penelitian, skripsi hingga tesis pun dapat ditemui di tempat ini. Semua dijual dengan harga bervariasi, dan lebih miring dari harga yang dipatok pada beberapa toko buku besar. Negosiasi harga di shopping adalah sebuah keniscayaan. "Sebaiknya ditawar. Kira-kira 50 persen lebih rendah. Tetapi memang kadang untuk beberapa jenis buku sudah dipatok harga mati," imbuh Oscar. Oscar kemudian bercerita, ia pernah mendapatkan sebuah buku hanya seharga  35 ribu rupiah, padahal di sebuah toko besar harganya dipatok sampai dengan 65 ribu rupiah. "Harga yang sangat menguntungkan untuk mahasiswa perantauan seperti saya ini," tambahnya.

Para pedagang buku yang sebelumnya berjualan di sepanjang trotoar Jalan Sriwedari itu baru dipindahkan dalam kios-kios sebuah gedung berlantai dua itu pada tahun 2005 dan berganti nama menjadi Kios Buku Taman Pintar. Tetapi sebagian besar masyarakat Jogja masih mengenalnya dengan sebutan "Shopping Centre".




 

Tidak ada komentar: