Liputan6.com, Yogyakarta: Polemik keistimewaan Yogyakarta rupanya membawa berkah tersendiri bagi para pedagang cendera mata. Beberapa hari belakangan terakhir, perlengkapan busana adat suku Jawa dan lambang keraton laris terjual.
Dalam sehari, setiap pedagang bisa menjual sepuluh hingga lambang keraton dan busana Jawa seperti blangkon. Jumlah ini jauh lebih besar dari biasanya, yaitu sekitar lima barang per hari. "Pendapatan saya naik bisa sampai Rp 300 ribu," ucap Puji, salah seorang pedagang, Rabu (15/12).
Selain digunakan saat unjuk rasa, lambang keraton banyak dipasang sebagai pin di baju atau di pelat nomor kendaraan. Karena bentuknya yang khas, lambang ini dipergunakan pula untuk menunjukkan identitas warga asli Yogyakarta yang tinggal di luar daerah. Namun akhir-akhir ini, lambang keraton dipakai sebagai bentuk dukungan atas keistimewaan dan penetapan gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.(WIL/ANS)
Dalam sehari, setiap pedagang bisa menjual sepuluh hingga lambang keraton dan busana Jawa seperti blangkon. Jumlah ini jauh lebih besar dari biasanya, yaitu sekitar lima barang per hari. "Pendapatan saya naik bisa sampai Rp 300 ribu," ucap Puji, salah seorang pedagang, Rabu (15/12).
Selain digunakan saat unjuk rasa, lambang keraton banyak dipasang sebagai pin di baju atau di pelat nomor kendaraan. Karena bentuknya yang khas, lambang ini dipergunakan pula untuk menunjukkan identitas warga asli Yogyakarta yang tinggal di luar daerah. Namun akhir-akhir ini, lambang keraton dipakai sebagai bentuk dukungan atas keistimewaan dan penetapan gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.(WIL/ANS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar