Rabu, 05 Januari 2011

Dalang Bisa Sesuaikan Tuntutan Zaman





06/01/2011 08:16:10 PAGELARAN wayang kulit mengalami perkembangan yang beragam. Terutama sejak pertengahan 1980-an, dalang Ki Manteb Soedarsono membuat gebrakan dengan predikat dalang ‘setan’, karena dapat menampilkan adegan perang dengan gerakan cepat mengapdopsi kungfu diiringi musik garapan dinamis, menggunakan gamelan dan drum dapat menimbulkan kesan atraktif.
Bahkan kelebihan adegan perang yang dilakukan Ki Manteb, bisa menjadi trend telah diikuti dalang-dalang muda baik di Solo, Jawa Tengah maupun Yogyakarta.
Sebut saja, di Solo muncul dalang Ki Warseno ‘Slank’, Jawa Tengah Ki Joko ‘Edan’, dalang Ki Enthus Susmono. di Yogya dalang muda Ki Seno Nugroho, Ki Edi Suwondo, dalang Ki Sukoco (almarhum). Selain itu, pentas wayang kulit alternatif yang dilakukan dalang-dalang menyesuaikan tuntutan zaman. Juga sejumlah dalang melakukan pentas wayang yang berbeda, seperti wayang kancil karya Ki Ledjar Subroto, wayang pesisiran dikembangkan Ki Eko Suryo, dan dalang muda Yogya Ki Catur Kuncoro ‘Benyek’ bersama seniman musik Boedhie Pramono menggulirkan wayang hip hop yang dikemas lebih ngepop bisa menarik penonton kawula muda.
Ki Catur Kuncoro ‘Benyek’ mengungkapkan, meski mengalami perkembangan disesuaikan tuntutan zaman, namun pentas wayang kulit klasik yang dimainkan dalang Solo Ki H Anom Suroto, Ki Purbo Asmoro dan dalang Yogya Ki Timbul Cermo Manggolo, Ki Hadi Sugito, Ki Sutono dan sejumlah dalang yang tetap berada di jalur wayang kulit klasik masih tetap mempunyai penggemar. “Sehingga, gebrakan pentas wayang kulit alternatif dan wayang hip hop dengan dimeriahkan bintang tamu pelawak, penyanyi bisa mendinamisir dunia pakeliran. Jadi kalau saya, semakin banyak dalang melakukan pentas wayang dengan garapan alternatif justru ikut peduli secara nyata mengembangkan wayang kulit. Soal bentuk pagelaran berhasil atau tidak, masyarakat yang menilai,” papar Ki Catur sambil menambahkan mampu mendalang wayang kulit klasik.
Ki Enthus Susmono sependapat, wayang kulit agar dapat bertahan diterima masyarakat, dalang bisa menyesuaikan tuntutan zaman. Karena itu, selain menguasai kemampuan sanggit cerita, teknis, tembang, gendhing, dalang juga harus punya wawasan luas dan manajemen pertunjukan serta membangun relasi. Sebab, ketika tampil mendalang harus bisa bertindak sebagai sutradara untuk mengatur jalannya pentas wayang kulit.
Termasuk, harus pintar membangun komunikasi dengan bintang tamu pelawak dan penyanyi dalam adegan limbukan dan gara-gara, agar tercipta suasana menghibur. “Yang penting, untuk adegan limbukan dan gara-gara gojekannya secukupnya agar cerita bisa tuntas masih berpijak pada pakem pakeliran. Wayang kulit kalau ingin berkembang harus bisa menyesuaikan tuntutan zaman. Sebab, wayang kulit bagian dari budaya harus mengikuti perkembangan zaman,” kata Ki Enthus.                  (Cil)-c

Tidak ada komentar: