Setelah sejak tahun 1997 lalu tak diketahui rimbanya karena hilang diculik oleh pihak tak bertanggungjawab, Wiji Thukul, aktivis yang juga sastrawan 'muncul' kembali di Yogyakarta dengan menghadirkan puisi-puisi perlawanannya terhadap kesewenang-wenangan penguasa.
Melalui 'Ngamen Puisi Karya Wiji Thukul Penyair Rakyat Indonesia', seniman Jogja Hendro Plered memunculkan kembali ingatan orang akan Wiji Thukul, buruh pabrik asal Solo yang dikenal sangat kritis itu.
Dalam aksinya yang dimulainya dengan berjalan dari Tugu Yogyakarta hingga Titik Nol Kilometer itu, Hendro mengamen puisi dengan membacakan setidaknya 20 puisi karya Wiji Thukul. Aksi dimulai dengan membaca puisi "Perjuangan", yang diteruskan dengan berjalan dari toko ke toko yang dilewatinya di Jalan Mangkubumi hingga Titik Nol Kilometer.
Dari pengakuan Hendro Plered, aksi ngamen puisi yang dilakukannya sengaja diglar untuk memeringati hari ulang tahun Wiji Thukul yang ke-47 pada Sabtu ini. Menurutnya, saat ini masyarakat bahkan tidak tahu nasib Wiji Thukul, apakah telah meninggal atau masih hidup. Yang pasti Wiji Thukul dihilangkan secara paksa.
"Ini (ngamen puisi -red) juga untuk menyongsong Hari Penghilangan Paksa Internasional yang diperingati pada 30 Agustusnanti," kata Hendro Plered sesaat sebelum memulai aksi ngamen puisi.
Lebih lanjut Hendro menyatakan, aksi ngamen puisi karya Wiji Thukul ini akan dilakukan serentak di sejumlahkota di Indonesia yakni Jakarta, Surabaya, Semarang dan Jombang.
Melalui aksinya, Hendro mengkritisi orang-orang yang dengan mudah melupakan Wiji Thukul selama hidupnya melakukan proses perjuangan di indonesia dengan menggunakan banyak hal melalui karya-karya sastra yang ia ciptakan.
Bahkan Hendro juga mengkritik keras sejumlah pihak yang dulu mengaku berjuang bersama Wiji Thukul melawan kesewenang-weangan penguasa orde baru. "Andi Arif itu orangnya. Tidak konsisten dia. Saya ini tetap konsisten," ujarnya ketus.
Untuk itu, Hendro meegaskan bahwa apa yang terjadi pada Wiji Thukul harus bisa menjadi pelajaran bagi penguasa dan pemerintah untuk tidak lagi bertindak semena-mena terhadap rakyatnya. Karena rakyat punya hak untuk bersuara dan bahkan untuk dilindungi oleh negara.
Hendro juga menyatakan bahwa pemerintah sangat lambat dalam menyelesaikan persoalan orang-orang hilang di Indonesia, termasuk hilangnya Wiji Thukul. "Yang jelas Wiji Thukul adalah korban orang hilang di Indonesia," tegasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar