Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menilai
film Soegija yang mengangkat sosok Uskup Soegijopranoto, bukan media
kristenisasi, karena menggambarkan nasionalisme seorang pemimpin umat
Katolik.
"Jadi, film Soegija bukan seperti yang diisukan. Film
yang disutradarai Garin Nugroho itu menggambarkan peran Uskup
Soegijopranoto dalam perjuangan bangsa," katanya usai menerima kunjungan
pemain dan produser film Soegija di Yogyakarta, Selasa (5/6).
Menurut
dia, Soegijoprnatoto pada waktu itu ikut ambil bagian dalam perjuangan
bangsa. Pada waktu itu Yogyakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia
(RI), dan Soegijopranoto memindahkan keuskupan Semarang ke kawasan
Bintaran Yogyakarta.
"Uskup Soegijopranoto mempunyai catatan
harian hubungan dengan para pejuang republik," kata Sultan yang juga
Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Ia mengatakan film
Soegija memiliki integritas, karena menggambarkan masyarakat Katolik
yang bersatu dan berjuang bersama tokoh lain dalam memperjuangkan
kemerdekaan. "Pada waktu itu seluruh elemen bangsa bersatu, dan
bahu-membahu memperjuangkan kemerdekaan. Semua bersatu tanpa memandang
agama dan status sosial," katanya.
Pemeran utama film Soegija,
Nirwan Dewanto mengatakan selama ini banyak pernyataan adanya
kontroversi kristenisasi menjelang pemutaran film tersebut. "Kontroversi
kristenisasi meramaikan publisitas film Soegija. Hal itu menunjukkan
film tersebut memang istimewa," kata pemeran Soegijopranoto ini.
Produser
Eksekutif Film Soegija, Iswarahadi mengatakan film yang menghabiskan
dana sekitar Rp12 miliar tersebut, akan mulai diputar di bioskop
Yogyakarta pada 7 Juni 2012. "Kami mengajak Sri Sultan Hamengku Buwono X
untuk menyaksikan pemutaran perdana film Soegija di bioskop
Yogyakarta," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar